Kamis, 06 Januari 2011

Ta’riful Qur’an (Mengenal Al-Qur’an)

Mengenal Al-Qur’an (Ta’riful Qur’an) adalah sebuah keniscayaan bagi umat Islam. Bagaimana tidak, sedangkan Al-Qur’an adalah kitab sucinya: firman Allah SWT yang berisi petunjuk dalam kehidupan ini sekaligus referensi pertama (maraaji’ al-ulaa) dalam beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Mengenal Al-Qur’an (Ta’riful Qur’an) adalah langkah awal kita untuk berinteraksi lebih jauh dengan Al-Qur’an.

Al-Qur’an (القرآن)
Secara etimologi, Al-Qur’an berasal dari kata yang sama dengan qira’ah, yaitu akar kata (masdar) dari qara’a, qira’atan wa qur’anan. Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kalimat yang teratur.

إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآَنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآَنَهُ (18)

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (QS. Al-Qiyamah : 17-18)

Sebagai masdar dari qara’a, Al-Qur’an juga bisa berarti bacaan. Allah SWT berfirman :

كِتَابٌ فُصِّلَتْ آَيَاتُهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, (QS. Fushilat : 3)

Sedangkan secara terminologi, definisi Al-Qur’an adalah:
Kalamullah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang disampaikan kepada kita secara mutawatir dan membacanya bernilai ibadah.

Ada lima unsur dalam definisi ini, yaitu: Kalam Allah (كلام الله), Mukjizat (المعجز), Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (المنزل على قلبي محمد صلى الله عليه وسلم), Diriwayatkan secara Mutawatir (المنقول بالتواتر), dan Membacanya adalah Ibadah (المتعبد بتلاوته).

Kalam Allah (كلام الله)

Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang disampaikan kepada Rasulullah SAW melalui perantaraan Jibril. Meskipun kalam (perkataan) juga dimiliki oleh manusia dan jin, malaikat, bahkan hewan, tentu saja kalam Allah SWT berbeda dari kalam makhluk.

Diturunkannya Al-Qur’an dengan bahasa yang dipergunakan manusia tidak membuat Al-Qur’an secara otomatis bukan kalam Allah, dan tidak pula mencabut sisi Ilahiah dan kesucian Al-Qur’an.

إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS. An-Najm : 4)

Jika orang-orang musyrikin Makkah mengatakan Al-Qur’an itu sihir dan Muhammad orang gila, itu semata-mata kebencian mereka dan ketidaksiapan mereka menghadapi kalam Allah ini. Maka Allah SWT sendiri yang menjawab kedustaan mereka :

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ (19) ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ (20) مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ (21) وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ (22)

Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. (QS. At-Takwir : 19-22)

Mukjizat (المعجز)

Mukijzat (I’jaz) berarti menetapkan kelemahan, yakni ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari qudrah (potensi, power, kemampuan). Apabila mukjizat muncul, maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Dengan demikian mukjizat dapat didefinisikan sebagai sesuatu hal luar biasa untuk membuktikan kenabian/kerasulan seseorang disertai dengan tantangan bagi pihak yang memusuhinya, kemudian menampakkan kelemahan mereka yang memusuhi sekaligus keunggulannya selamat dari perlawanan. Rasulullah SAW bersabda :

مَا مِنَ الأَنْبِيَاءِ نَبِىٌّ إِلاَّ أُعْطِىَ مَا مِثْلُهُ آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِى أُوتِيتُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَىَّ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tiada seorang Nabi pun kecuali diberi mukjizat yang dapat membuat manusia beriman kepadanya. Namun apa yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang datangnya dari Allah. Karena itu aku berharap semoga kiranya aku menjadi Nabi yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat. (HR. Bukhari dan Ahmad)

Al-Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW yang tetap abadi, bisa disaksikan hingga kini. Sejak zaman Nabi SAW, sampai sekarang dan akhir zaman kelak, mukjizat ini terbukti dan tidak tertandingi.

Al-Qur’an sendiri telah menantang manusia untuk menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan:
Pertama, menantang mereka (manusia dan juga jin) untuk membuat yang semisal dengan Al-Qur’an.

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Isra’ : 88)

Ternyata mereka tidak sanggup menghadapi tantangan itu. Maka, terbuktilah keunggulan Al-Qur’an sebagai mukjizat yang tidak bisa ditandingi.

Kedua, menantang mereka dengan sepuluh surat saja dari Al-Qur’an.

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (13) فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنْزِلَ بِعِلْمِ اللَّهِ وَأَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَهَلْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (14)

Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (QS. Hud : 13-14)

Mereka juga tidak sanggup. Dan Al-Qur’an tetap tidak bisa ditandingi, sebab ia adalah mukjizat.

Ketiga, menantang mereka dengan satu surat saja dari Al-Qur’an.

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS. Yunus : 38)

Ternyata mereka tidak sanggup membuat satu surat pun seperti Al-Qur’an. Tantangan ini juga diulang dalam ayat yang lain:

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (23) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (24)

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah : 23-24)

Mereka tetap tidak sanggup. Meskipun sampai dengan hari ini dunia dipenuhi dengan para ahli bahasa dan sastrawan Internasional, pemikir, ilmuwan dan sebagainya, tidak ada satu orang pun yang berani menantang Al-Qur'an untuk membuat yang serupa dengannya meskipun satu surat saja.Mukjizat Al-Qur'an memang tidak tertandingi. Sampai sekarang, sampai kapan pun.

Selain kemukjizatan dalam aspek bahasa seperti fasahah dan balaghah yang demikian tinggi, ada beberapa aspek lain yang menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an, diantaranya :

Pertama, pemberitaan mengenai hal-hal ghaib yang akan datang yang tidak mungkin diketahui kecuali dengan wahyu. Misalnya dalam firman Allah tentang berita kemenangan Romawi:

الم (1) غُلِبَتِ الرُّومُ (2) فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3) فِي بِضْعِ سِنِينَ

Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun lagi... (QS. Ar-Rum : 1-4)

Saat menjelaskan ayat ini dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Adziim, Ibnu Katsir mengetengahkan kisah taruhan antara Abu Bakar dan Orang-orang Musyrik. Saat itu Persia di bawah pimpinan Raja Sabur berhasil mengalahkan Romawi. Orang-orang musyrik menyukai ini karena Persia adalah penyembah berhala, sama dengan mereka. Sedangkan kaum muslimin berharap Romawi yang menang karena mereka adalah ahlu kitab, sama-sama agama samawi.

Ketika ayat itu turun, orang-orang musyrik mengatakan, “Hai Abu Bakar, sesungguhnya temanmu (Muhammad) mengatakan bahwa bangsa Romawi akan beroleh kemenangan atas Persia beberapa tahun mendatang.” Abu Bakar menjawab, “Benar.” Mereka berkata, “Maukah kamu bertaruh dengan kami?” Maka mereka sepakat dengan Abu Bakar menjadikan taruhannya empat ekor unta dengan jarak masa tujuh tahun. Ternyata setelah berlalu masa tujuh tahun tidak terjadi apa-apa. Orang musyrik bergembira dengan hal tersebut, dan kaum muslimin merasa berat atas kekalahannya. Ketika Abu Bakar mengadukan kepada Nabi beliau bersabda:

ما بضع سنين عندكم؟ قالو: دون العشر قال: إذهب فزايدهم وازدد سنين في الأجل

“Apakah pengertian beberapa tahun di kalangan kalian?” Mereka menjawab, “Di bawah sepuluh tahun.” Nabi SAW bersabda, “Pergilah dan tantanglah mereka untuk bertaruh lagi dan tambahlah masanya dua tahun lagi.”

Belum lagi masa dua tahun itu habis, datanglah kafilah yang membawa berita tentang kemenangan Romawi atas Persia. Maka kaum mukmin bergembira dengan berita tersebut.

Kedua, keterangan mengenai fakta-fakta ilmiah yang mendahului ilmu pengetahuan (sains), yang di kemudian hari terbukti benar adanya. Misalnya tentang perkembangan kejadian manusia dalam rahim.

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS. Al-Mu’minun : 12-14)

Pada masa ayat ini turun, ilmu pengetahuan tidak mampu berkata apa-apa tentang ayat ini. Barulah pada abad kedua puluh, saat ilmu biologi dan kedokteran semakin maju, fakta ilmiah yang didapatkan sama persis dengan ayat ini. Padahal ayat ini telah ada 12-13 abad sebelumnya.

Diturunkan kepada Muhammad SAW (المنزل على قلبي محمد صلى الله عليه وسلم)

Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Allah SWT berfirman :

وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (192) نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)

Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. (QS. Asy-Syu’ara : 192-195)

Kata “al-munazzal” (yang diturunkan), berarti tidak termasuk kalam-Nya yang sudah khusus menjadi milik-Nya.

قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (QS. Al-Kahfi : 109)

وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Luqman : 27)

Batasan dengan kata “kepada Muhammad” menunjukkan Al-Qur’an itu tidak pernah diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya.

Diriwayatkan secara Mutawatir (المنقول بالتواتر)

Setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an beliau membacakannya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut. Beliau juga menyuruh kuttab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu. Mereka yang terkenal adalah Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Muwaiyah bin Abu Sufyan, Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Al-Arqam bin Maslamah, Muhammad bin Maslamh, Abban bin Sa’id, Khalid bin Sa’id, Tsabit bin Qais, Hanzalah bin Rabi, Khalid bin Walid, Abdullah bin Al-Arqam, A’la bin Utbah, dan Syurahbil bin Hasanah.

Tulisan para kuttab itu disimpan di rumah Rasul. Ayat-ayat yang ditulis di pelepah kurma, kulit hewan, dan tulang, serta kulit/daun kayu itu juga disebarkan kepada para sahabat. Di masa Rasulullah SAW masih hidup, Al-Qur’an belum dibukukan dalam bentuk mushaf.

Pengumpulan Al-Qur’an pertama kali dilakukan pada masa kekhalifahan Abu Bakar atas usul Umar bin Khattab. Meskipun pada mulanya ditolak Abu Bakar, akhirnya proyek besar itu dilakukan diantaranya dengan pertimbangan banyaknya para huffadz (penghafal Al-Qur’an) yang gugur di medan Jihad. Pada perang Yamamah saja jumlah penghafal yang syahid mencapai 70-an orang. Begitupun pada pertempuran di Sumur Ma’unah.

Zaid bin Tsabit-lah yang kemudian ditunjuk untuk memimpin misi pengumpulan Al-Qur’an ini. Anggota tim-nya adalah Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, dan Utsman bin Affan. Setelah selesai, berdasarkan hasil musyawarah tulisan Al-Qur’an itu dinamakan “Mushaf” dan disimpan di rumah Hafshah.

Pada masa khalifah Utsman bin Affan, terjadi perbedaan pendapat mengenai bacaan (qira’at) Al-Qur’an. Karena begitu luasnya wilayah Islam dengan beragam dialeg-nya, qira’at Al-Qur’an semakin bervariasi, sehingga dikenal ada qira’at sab’ah (tujuh jenis bacaan). Akhirnya disepakati untuk men-standart-kan kembali bacaan Al-Qur’an setelah Hudzaifah Ibnul Yaman mengusulkan kepada khalifah. Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits untuk menyalin mushaf Abu Bakar yang ada di tangan Hafshah. Mushaf ini kemudian dikirim ke Makkah, Kuffah, Basrah, Yaman, dan Syam. Sedang salinan yang asli disimpan Utsman sendiri. Lalu semua suhuf yang ada selain itu dimusnahkan/dibakar. Dari Mushaf standar Utsman inilah mushaf-mushaf sampai hari ini disalin dan diperbanyak.

Demikianlah sejarah singkat periwayatan Al-Qur’an sampai kepada kita secara mutawatir. Selain dihafal oleh ratusan sahabat, penulisan Al-Qur’an juga terjamin keotentikannya serta dijamin pertanggungjawaban ilmiahnya. Tidak ada satu kitab suci pun dari agama selain Islam yang memiliki jaminan keotentikan seperti itu. Ini sekaligus bukti nyata dari firman Allah SWT :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (QS. Al-Hijr : 9)

Membacanya Bernilai Ibadah (المتعبد بتلاوته)

Diantara keistimewaan Al-Qur'an adalah pahala besar yang akan diperoleh bagi orang yang membacanya. Membaca Al-Qur'an, dengan demikian, bernilai ibadah yang sekaligus membedakannya dari hadits Qudsi. Baik dalam shalat maupun di luar shalat.

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Fathir : 29-30)

Rasulullah SAW mengabarkan pahala membaca Al-Qur’an ini dalam sabdanya:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم َرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Siapa saja yang membaca satu huruf Kitabullah (Al-Qur’an), ia akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan itu setara dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatak Alif Lam Mim sebagai satu huruf. Alif satu huruf, Lam satu huruf, Mim satu huruf. (HR. Tirmidzi)

Demikianlah, definisi Al-Qur'an secara bahasa (etimologi) dan terminologi (istilah) yang disertai dengan dalil-dalil pendukung. Semoga setelah mengkaji materi Ta'riful Qur'an (Mengenal Al-Qur'an) ini keimanan kita kepada Al-Qur'an semakin meningkat dan interaksi kita dengan Al-Qur'an semakin berkualitas.

Wallaahu a’lam bish shawab. [Muchlisin]

Jumat, 17 Desember 2010

UI Masuk 15 Besar Kampus Terhijau Dunia

Liputan6.com, Depok: Kampus Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, menduduki peringkat ke-15 (skor 6,875) Kampus Hijau Terbaik di dunia. Prestasi ini jelas membanggakan civitas akademika UI. Sebab, UI menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang mampu menempati posisi 15 besar dari 95 perguruan tinggi di dunia yang masuk dalam pemeringkatan tersebut. Demikian rilis Kepala Kantor Komunikasi UI Vishnyu Juwono yang diterima Liputan6.com, Kamis (16/12).

Peringkat pertama diduduki Universitas California, Barkeley, Amerika Serikat (skor 8,213). Adapun posisi kedua diraih Universitas Nottingham, Inggris (skor 8,201) dan Universitas Northeastern, AS (skor 7,909) berada di urutan ketiga. Ini berdasarkan hasil riset dan survei yang dihimpun secara online oleh tim UI Green 
Metric kepada ribuan perguruan tinggi di dunia, pada Mei hingga November 2010.

Untuk diketahui, UI kembali melakukan inovasi di bidang lingkungan hidup dengan menyusun daftar pemeringkatan perguruan tinggi di dunia berdasarkan pengelolaan lingkungan hidup kampus, yaitu UI Green Metric Ranking of World Universities 2010. UI Green Metric adalah pemeringkatan perguruan tinggi yang pertama dan satu-satunya di dunia dengan menggunakan komitmen pengembangan infrastruktur kampus ramah lingkungan sebagai indikatornya.

UI Green Metric Ranking of World Universities 2010 secara resmi dikeluarkan pada 16 Desember 2010. Pemeringkatan ini menggunakan indikator pengembangan infrastruktur perguruan tinggi di dunia yang berorientasi pada kelestarian lingkungan hidup (kehijauan kampus), pemanfaatan ruang, efisiensi energi, penggunaan air, pengolahan limbah, dan sistem transportasi yang ramah lingkungan.

Rektor UI Prof. Dr. der Soz Gumilar R. Somantri mengatakan bahwa perguruan tinggi sebagai garda terdepan dalam menghasilkan generasi pemimpin masa depan memiliki tanggung jawab khusus untuk memimpin jalan dalam menangani masalah yang sangat nyata terkait krisis energi dan pemanasan global. Misalnya, perubahan iklim dan cuaca ekstrem, peningkatan permukaan air laut, kekurangan air, tekanan pada produksi pertanian dan perpindahan penduduk.

Melalui hasil pemeringkatan ini (UI Green Metric), menurut sang rektor, UI berharap dapat membantu masyarakat dunia dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dan membantu untuk membawa perubahan pola hidup masyarakat dunia dalam menggunakan energi dan sumber daya alam yang semakin terbatas.

Adapun metodologi yang digunakan dalam pemeringkatan UI Green Metric, yaitu berdasarkan definisi parameter pengukuran kampus hijau yang dilandasi oleh tiga filosofi dasar, yakni enviroment, economic, dan equity (3Es). Bobot masing-masing indikator penilaian terdiri dari Statistik Kehijauan Kampus (24 persen), Pengelolaan Sampah (15 persen), Energi dan Perubahan Iklim (28 persen), Penggunaan Air (15 persen), dan Transportasi (24 persen).

Penentuan kriteria pemeringkatan ini juga didasari pada komitmen perguruan tinggi dalam mengembangkan pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Baik dari segi kebijakan dan pengembangan infrastruktur kampus, profil perguruan tinggi dan profil zonasi lokasi perguruan tinggi tersebut (apakah berada di wilayah perkotaan, pinggiran kota, dan pedesaan), serta dipengaruhi oleh bagaimana perguruan tinggi tersebut memberdayakan energi, sumber daya alam, pengelolaan limbah secara tepat guna. Setelah memperoleh kriteria mendasar, penilaian dari tiap kampus kemudian dikonversikan dalam bentuk angka yang kemudian akan dijadikan skor final bagi tiap kampus.

Setelah sukses mencanangkan program Bike to Campus dan pembangunan perpustakaan dengan konsep Green Sustainable Development di lingkungan Kampus UI, dan relokasi pohon raksasa african baobab sebagai objek kegiatan riset, maka UI Green Metric merupakan bentuk kontribusi UI dalam memberikan referensi yang berkualitas dan komprehensif terkait pengembangan sistem infrastruktur kampus di dunia yang ramah lingkungan. Adapun Beberapa pemeringkatan yang sudah dipublikasikan, seperti THES, QS, Webometrics, Shanghai Jiao Tong dan HEEACT telah menjadi sumber referensi pengembangan kualitas perguruan tinggi kelas dunia.(ANS)

Kamis, 09 Desember 2010

Asap Rokok Jadikan Anak-Anak Hiperaktif

TEMPO Interaktif, New York - Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine menunjukkan anak-anak yang menghirup asap rokok memiliki kecendrungan hiperaktif dan bersikap 'buruk.' Penemuan ini mendorong para orang tua perokok untuk berhenti atau setidaknya merokok di luar rumah.

Meski demikian, penelitian ini belum mengetahui bagaimana kandungan tembakau dalam rokok bisa mempengaruhi kinerja otak anak-anak. “Kami mengetahui bahwa terpapar asap rokok dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik bagi anak-anak, kemungkinan adanya masalah kesehatan jiwa belum pernah benar-benar dieksplorasi," kata Mark Hamer Kepala Peneliti dari University College London.

Menurut Departemen Kesehatan Amerika Serikat, dua dari tiga anak usia 3-11 tahun terekspos asap rokok. Sementara satu dari lima anak usia 9-17 tahun terdiagnosa sakit mental atau kelainan adiktif di Amerika Serikat.

Hamer dan koleganya mengambil sampel air liur 901 anak-anak Inggris usia 4-8 tahun untuk mengukur tingkat paparan asap rokok dan meminta para orang tua menjawab pertanyaan seputar masalah sosial, emosi dan sikap anak-anak mereka. Hasilnya, semakin sering anak-anak terpapar asap rokok, rata-rata semakin buruk tingkat kesehatan mental mereka –terutama hiperaktifitas dan ketidakmampuan mengikuti perintah. Secara keseluruhan, sebanyak tiga persen dari keseluruhan anak mendapat skor 'abnormal' yaitu 20 keatas. Skor 40 menunjukkan tingkat kesehatan jiwa terburuk.

Anak yang sering terpapar asap rokok mendapat skor 44 persen lebih tinggi (lebih buruk) ketimbang anak yang jarang terpapar asap rokok. Anak-anak ini lebih sering terpapar asap rokok di rumah mereka.

Belum begitu jelas bagaimana asap rokok bisa menyebabkan masalah mental. Para peneliti sendiri menduga ini berkaitan dengan genetik atau pengaruh asap rokok si otak seperti dopamin. “Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menjelaskan keterkaitan ini,” kata Hamer.

Michael Weitzman dari New York University Medical Center yang tak terlibat dalam penelitian itu mengatakan hasil penelitian itu menunjukkan bukti bahwa anak-anak yang terpapar asap rokok dapat mengalami masalah kesehatan jiwa “Banyak orang mengetahui bagaimana asap rokok dapat meningkatkan resiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS), infeksi telinga dan asma,” kata Weitzman.

“Namun asap rokok ternyata juga memberikan beban besar terhadap kualitas hidup anak-anak, keluarga mereka, dan masyarakat karena meningkatnya masalah kesehatan jiwa anak-anak,” katanya.

Keutamaan Bulan Muharram

Hari-hari ini kita telah memasuki bulan Muharram tahun 1432 Hijriah. Seakan tidak terasa, waktu berjalan dengan cepat, hari berganti hari, pekan, bulan, dan tahun berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam. Bagi kita, barangkali tahun baru ini tidak seberapa berkesan karena negara kita tidak menggunakan kalender Hijriah, tetapi Masehi. Dan yang akrab dalam keseharian kita adalah hitungan kalender Masehi. Tanggal lahir, pernikahan, masuk dan libur kantor dan sebagainya. Akan tetapi sebagai seorang muslim kita perlu untuk sejenak menghayati beberapa hal yang terkait dengan penanggalan Islam ini. Beberapa hal yang seyogyanya kita jadikan renungan itu adalah :
1. Syukur atas Usia yang diberikan Allah
Umur adalah nikmat yang diberikan Allah pada kita, dan jarang kita syukuri. Betapa banyak orang yang kita kenal, baik teman, sahabat , keluarga, guru, atau siapa pun yang kita kenal, tahun lalu masih hidup bersama kita. Bergurau, berkomunikasi, mengajar, menasehati atau melakukan aktifitas hidup sehari-hari, namun tahun ini dia telah tiada. Dia telah wafat, menghadap Allah Suhanahu wa ta’ala dengan membawa amal shalehnya dan mempertanggungjawabkan kesalahannya. Sementara kita saat ini masih diberi Allah kesempatan untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita perbuat, menambah amal shaleh sebagai bekal menghadap Allah.
Umur yang kita hitung pada diri kita seringkali kita tetapkan berdasarkan hitungan kalender Masehi. Dan hitungan atau jumlah usia kita tentu akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan hitungan yang mengacu pada kalender hijriyah. Sementara, lepas dari masalah ajal yang akan datang menjemput sewakatu-waktu, terkadang kita menganggap usia kita yang dibanding Rasulullah saw. yang wafat pada usia 63 tahun, kita merasa masih jauh dari angka itu. Padahal bisa jadi hitungan umur kita telah lebih banyak dari yang kita tetapkan. Karena itu sangat tidak layak apabila seseorang yang masih diberi kesehatan, kelapangan rizki dan kesempatan untuk beramal lalai bersyukur pada Allah dengan mengabaikan perintah-perintahNya serta sering melanggar larangan-laranganNya.
2. Muhasabah (introspeksi diri) dan istighfar.
Ini adalah hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah amal shaleh. Apa yang sudah dilakukan sebagai bentuk amal shaleh? Sudahkah tilawah al-Qur’an, sedekah dan dzikir kita menghapuskan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan? Malam-malam yang kita lewati, lebih sering kita gunakan untuk sujud kepada Allah, meneteskan air mata keinsyafan ataukah lebih banyak untuk begadang menikmati tayangan-tayangan sinetron, film dan sebagainya dari televisi? Langkah-langkah kaki kita, kemana kita gunakan? Dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini selayaknya menemani hati dan pikiran seorang muslim yang beriman pada Allah dan Hari Akhir, lebih-lebih dalam suasana pergantian tahun seperti sekarang ini. Pergantian tahun bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok.
Allah berfirman :
(( يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله ولتنظر نفس ما قدمت لغد واتقوا الله إن الله خبير بما تعملون ))
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18).
Ayat ini memperingatkan kita untuk mengevaluasi perbuatan yang telah kita lakukan pada masa lalu agar meningkat di masa datang yang pada akhirnya menjadi bekal kita pada hari kiamat kelak.
Rasulullah saw bersabda : "Orang yang cerdas adalah orang yang menghitung-hitung amal baik (dan selalu merasa kurang) dan beramal shaleh sebagai persiapan menghadapi kematian".
Dalam sebuah atsar yang cukup mashur dari Umar bin Khaththab ra beliau berkata :
"Hitunglah amal kalian, sebelum dihitung oleh Allah"

3. Mengenang Hijrah Rasulullah saw
Sebenarnya dalam kitab Tarikh Ibnu Hisyam dinyatakan bahwa keberangkatan hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah adalah pada akhir bulan Shafar, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awal. Jadi bukan pada tanggal 1 Muharram sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan penetapan Bulan Muharram sebagai awal bulan dalam kalender Hijriyah adalah hasil musyawarah pada zaman Khalifah Umar bin Khatthab ra tatkala mencanangkan penanggalan Islam. Pada saat itu ada yang mengusulkan Rabiul Awal sebagai l bulan ada pula yang mengusulkan bulan Ramadhan. Namun kesepakatan yang muncul saat itu adalah bulan Muharram, dengan pertimbangan pada bulan ini telah bulat keputusan Rasulullah saw untuk hijrah pasca peristiwa Bai’atul Aqabah, dimana terjadi bai’at 75 orang Madinah yang siap membela dan melindungi Rasulullah SAW, apabila beliau datang ke Madinah. Dengan adanya bai'at ini Rasulullah pun melakukan persiapan untuk hijrah, dan baru dapat terealisasi pada bulan Shafar, meski ancaman maut dari orang-orang Qurais senantiasa mengintai beliau.
Peristiwa hijrah ini seyogyanya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga dalam kehidupan kita. Betapapun berat menegakkan agama Allah, tetapi seorang muslim tidak layak untuk mengundurkan diri untuk berperan didalamnya. Rasulullah SAW, akan keluar dari rumah sudah ditunggu orang-orang yang ingin membunuhnya. Begitu selesai melewati mereka, dan harus bersembunyi dahulu di sebuah goa,masih juga dikejar, namun mereka tidak berhasil dan beliau dapat meneruskan perjalanan. Namun pengejaran tetap dilakukan, tetapi Allah menyelamatkan beliau yang ditemani Abu Bakar hingga sampai di Madinah dengan selamat. Allah menolong hamba yang menolong agamaNya. Perjalanan dari Mekah ke Madinah yang melewati padang pasir nan tandus dan gersang beliau lakukan demi sebuah perjuangan yang menuntut sebuah pengorbanan. Namun dibalik kesulitan ada kemudahan. Begitu tiba di Madianah, dimulailah babak baru perjuangan Islam. Perjuangan demi perjuangan beliau lakukan. Menyampaikan wahyu Allah, mendidik manusia agar menjadi masyarakat yang beradab dan terkadang harus menghadapi musuh yang tidak ingin hadirnya agama baru. Tak jarang beliau turut serta ke medan perang untuk menyabung nyawa demi tegaknya agama Allah, hingga Islam tegak sebagai agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk dunia saat itu. Lalu sudahkah kita berbuat untuk agama kita?
4. Kalender Hijriyah adalah Kalender Ibadah kita
Barangkali kita tidak memperhatikan bahwa ibadah yang kita lakukan seringkali berkait erat dengan penanggalan Hijriyah. Akan tetapi hari yang istimewa bagi kebanyakan dari kita bukan hari Jum’at, melainkan hari Minggu. Karena kalender yang kita pakai adalah Kalender Masehi. Dan sekedar mengingatkan, hari Minggu adalah hari ibadah orang-orang Nasrani. Sementara Rasulullah saw menyatakan bahwa hari jum’at adalah sayyidul ayyam (hari yang utama diantara hari yang lain). Demikian pula penetapan hari raya kita, baik Idul Adha maupun Idul Fitri pun mengacu pada hitungan kalender Hijriyah. Wukuf di Arafah yang merupakan satu rukun dalam ibadah haji, waktunya pun berpijak pada kalender hijriah. Begitu pula awal Puasa Ramadhan, puasa ayyamul Bidh ( tanggal 13,14,15 tiap bulan) dan sebagainya mengacu pada Penanggalan Hijriah. Untuk itu seyogyanya bagi setiap muslim untuk menambah perhatiannya pada Kalender Islam ini.
5. Beberapa Keutamaan dan Peristiwa di Bulan Muharram

a. Bulan Haram
Muharram, yang merupakan bulan pertama dalam Kalender Hijriyah, termasuk diantara bulan-bulan yang dimuliakan (al Asy- hurul Hurum). Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah diwaktu Dia menciptakan lanit dan bumi, diantaranya terdapat empat bulan haram." (Q.S. at Taubah :36).

Dalam hadis yang dari shahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada keempat bulan ini Allah melarang kaum muslimin untuk berperang. Dalam penafsiran lain adalah larangan untuk berbuat maksiat dan dosa. Namun bukan berarti berbuat maksiat dan dosa boleh dilakukan pada bulan-bulan yang lain.
Sebagaimana ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita menjaga Shalat Wustha, yang banyak ahli Tafsir memahami shalat wustha adalah Shalat Ashar. Dalam hal ini, shalat Ashar mendapat perhatian khusus untuk kita jaga.
Firman Allah : "Peliharalah segala shalat mu, dan peliharalah shalat wustha" (Q.S. al Baqarah :238) Nama Muharram secara bahasa, berarti diharamkan. Maka kembali pada permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, hal tersebut bermakna pengharaman perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah memiliki tekanan khusus untuk dihindari pada bulan ini.
b. Bulan Allah
Bulan Muharram merupakan suatu bulan yang disebut sebagai “syahrullah” (Bulan Allah) sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadis. Hal ini bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus karena disandingkan dengan lafdzul Jalalah (lafadz Allah). Para Ulama menyatakan bahwa penyandingan sesuatu pada yang lafdzul Jalalah memiliki makna tasyrif (pemuliaan), sebagaimana istilah baitullah, Rasulullah, Syaifullah dan sebagainya.
Rasulullah bersabda : “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bula Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam”. (H.R. Muslim)

c. Sunnah Berpuasa
Di bulan Muharram ini terdapat sebuah hari yang dikenal dengan istilah Yaumul 'Asyuro, yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. Asyuro berasal dari kata Asyarah yang berarti sepuluh.
Pada hari Asyuro ini, terdapat sebuah sunah yang diajarkan Rasulullah saw. kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah Ta’ala. Yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro. Adapun hadis-hadis yang menjadi dasar ibadah puasa tersebut, diantaranya :
1.Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra, Rasulullah saw, bersabda :
“ Aku berharap pada Allah dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Ibnu Abbas ra berkata :
"Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari as Syura dan bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
3. Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari‚ Asyura, maka Beliau bertanya : "Hari apa ini?. Mereka menjawab :“ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda :
"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian

Maka beliau nerpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa. (H.R. Bukhari dan Muslim)
4.Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas ra berkata :
Ketika Rasulullah saw. berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) berkata : "Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani". Maka Rasulullah pun bersabda :"Jika tahun depan kita bertemu dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“ (H.R. Bukhari dan Muslim)
Imam Ahmad dalam musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw. bersabda : "Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.“
Selain hadis-hadis yang menyebutkan tentang puasa di bulan ini, tidak ada ibadah khusus yang dianjurkan Rasulullah   untuk dikerjakan di bulan Muharram ini.
Bagaimana Berpuasa di bulan Asyura ? Ibnu Qoyyim dalam kitab Zaadul Ma’aad –berdasarkan riwayat-riwayat yang ada- menjelaskan :
- Urutan pertama, dan ini yang paling sempurna adalah puasa tiga hari, yaitu puasa tanggal sepuluh ditambah sehari sebelum dan sesudahnya (9,10,11)
- Urutan kedua, puasa tanggal 9 dan 10. Inilah yang disebutkan dalam banyak hadits
- Urutan ketiga, puasa tanggal 10 saja.
Puasa sebanyak tiga hari (9,10,dan 11) dikuatkan para para ulama dengan dua alasan sebagai berikut :
1. Sebagai kehati-hatian, yaitu kemungkinan penetapan awal bulannya tidak tepat,maka puasa tanggal sebelasnya akan dapat memastikan bahwa seseorang mendapatkan puasa Tasu’a (tanggal 9) dan Asyuro (tanggal 10)
2. Dimasukkan dalam puasa tiga hari pertengahan bulan (Ayyamul bidh).
Adapun puasa tanggal 9 dan 10, dinyatakan jelas dalam hadis  pada akhir hidup beliau sudah merencanakanryang shahih, dimana Rasulullah  untuk puasa pada tanggal 9. hanya saja beliau meninggal sebelum melaksanakannya. Beliau juga memerintahkan para shahabat untuk berpuasa pada tanggal 9 dan tanggal 10 agar berbeda dengan ibadah orang-orang Yahudi.
Sedangkan puasa pada tanggal sepuluh saja, sebagian ulama memakruhkannya, meskipun pendapat ini tidak dikuatkan sebagian ulama yang lain.
Secara umum, hadits-hadis yang terkait dengan puasa Muharram menunjukkan anjuran Rasulullah saw untuk melakukan puasa,sekalipun itu hukumnya tidak wajib tetapi sunnah muakkadah, dan tetunya kita berusaha untuk menghidupkan sunnah yang telah banyak dilalaikan oleh kaum muslimin.
d. Diantara Peristiwa di Bulan Muharram
Pada tanggal 10 Muharram 61H, terjadilah peristiwa yang memilukan dalam  di sebuah tempatr cucu Rasulullah tsejarah Islam, yaitu terbunuhnya Husein  yang bernama Karbala. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan “Peristiwa Karbala”. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pendukung Khalifah yang sedang berkuasa pada saat itu yaitu Yazid bin Mu’awiyah, meskipun sebenarnya Khalifah sendiri saat itu tidak menghendaki pembunuhan tersebut.
Peristiwa tersebut memang sangat tragis dan memilukan bagi siapa saja yang mengenang atau membaca kisahnya, , dan kita tentu mencintai danrapalagi terhadap orang yang dicintai Rasulullah  memuliakannya. Namun musibah apapun yang terjadi dan betapapun kita sangat , hal itu jangan sampai membawa kita larut dalamrmencintai keluarga Rasulullah  kesedihan dan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai bentuk duka dengan  yangrmemukul-mukul diri, menangis apalagi sampai mencela shahabat Rasulullah  tidak termasuk Ahli Bait (keluarga dan keturunan beliau). Yang mana hal ini biasa dilakukan suatu kelompok syi'ah yang mengaku memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap Ahli Bait (Keluarga Rasulullah), pdahal kenyataanya tidak demikian.
e. Adat Istiadat di Tanah Air
Pada awal Muharram, yang sering dikenal dengan istilah 1 Suro, di tanah air sering diadakan acara ritual dan adat yang beraneka macam bahkan tidak jarang mengarah pada kesyirikan, seperti meminta berkah pada benda-benda yang dianggap keramat dan sakti, membuang sesajian ke laut agar Sang Dewi penjaga laut tidak marah dan lain sebagainya. Hal-hal semacam ini harus dihindari oleh setiap muslim dimanapun mereka berada.
telah mengajarkan pada kita agarrRasulullah  memiliki jati diri sebagai seorang Muslim dalam kehidupan. Jangan sampai seorang muslim mudah terbawa oleh budaya atau ritual agama lain dalam menjalankan ibadah pada Allah. Ajaran yang dibawa Rasulullah telah jelas dan sempurna tidak layak bagi kita untuk menambah atau menguranginya.
Karena sebaik-baik pedoman adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau, yang tidak ada keselamatan kecuali dengan berpegang kepada keduanya dengan mengikuti pemahaman para sahabat, tabi'in dan penerus mereka yang setia berpegang kepada sunnahnya dan meniti jalannya, adapun hal-hal baru dalam masalah agama adalah sesat sedangkan kesesatan itu akan menghantarkan ke neraka, wal'iyadzubillah.
Semoga kita selalu diberi taufiq dan dibimbing oleh Allah swt. Kejalan-Nya yang lurus serta mendapatkan keridhaan dan ampunany-Nya, amin ya rabbal 'alamin.

Oleh: Islamhouse team Indonesia