2.1. Landasan Perlunya Tinjauan Psikologis
Secara umum, untuk mendekati dan membina suatu obyek dakwah, seorang da’i perlu memahami karakter dan behaviour dari obyeknya. Untuk itulah tinjauan psikologis ini menjadi penting agar pembina dalam dakwah sekolah memahami binaannya sehingga mampu mensikapi binaannya dengan tepat.
A. Landasan Syar’i
Al Qur’an dan As Sunah memberikan banyak pelajaran kepada para da’i untuk melakukan dakwah dengan metode yang tepat. Beberapa ayat dan hadits itu antara lain :
! “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu,…” (Q.S. Ali Imran : 159)
! “Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka,…” (Q.S. Ibrahim : 4)
! Rasulullah SAW bersabda : “ Tempatkanlah (bersikaplah kepada) manusia sesuai dengan posisinya masing-masing.”
B. Landasan Pemikiran
Tak dapat dipungkiri, objek tarbiyah dakwah sekolah sangat khas dan unik. Mereka adalah remaja yang berusia belasan tahun, bersemangat tinggi, penuh gejolak, memendam segudang potensi yang menanti untuk dikembangkan, sekaligus menyimpan sekian problematika yang menuntut untuk diselesaikan dengan cara bijak.
Remaja, karena keterikatannya dengan kelompok teman sebaya sangat kuat, membuat mereka mengembangkan pola interaksi sosial dan komunikasi yang sangat khas. Dalam kelompoknya mereka seringkali menciptakan nilai dan norma yang ditaati bersama, bahasa “unik” yang dipakai bersama, bahkan cara berpakaian yang sama pula. Seringkali mereka melakukan hal tersebut hanya untuk menunjukkan bahwa mereka bukan lagi anak kecil yang menurut dengan aturan main yang dibuat orang dewasa, sekaligus menunjukkan bahwa mereka diterima oleh lingkungan teman sebaya - sederhana, tapi rumit. Karena itu, dibutuhkan pemahaman dan metode pendekatan yang tepat untuk berhadapan dengan Objek Tarbiyah Dakwah Sekolah ini.
2.2. Definisi Remaja
Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Mengenai umur masa remaja, para psikolog tidak bersepakat. Namun yang umum digunakan adalah pendapat Luella Cole, yaitu 13 – 15 th (masa remaja awal); 15 – 18 th (masa remaja pertengahan); 18 – 21 th (masa remaja akhir).
2.3. Ciri Masa Remaja
Ciri masa remaja menurut psikologi modern :
1. Masa remaja sebagai periode yang penting. Perkembangan fisik dan mental yang penting bagi perkembangan selanjutnya serta sangat cepat tentu memerlukan penyesuaian sehingga terbentuk sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak tapi juga belum dewasa. Jika ia berperilaku seperti anak-anak ia akan ditegur dan diajari bertindak sesuai usianya, namun jika ia berperilaku seperti orang dewasa seringkali dimarahi pula.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan. Tingkat perubahan sikap dan perilaku selama masa remaja seiring dengan perubahan fisiknya. Perubahan yang terjadi antara lain :
a. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.
b. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial padanya sehingga timbul masalah baru. Remaja akan tetap merasa bermasalah sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya.
c. Perubahan nilai akibat perubahan minat dan perilaku
d. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan kebebasan tapi takut bertanggungjawab.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Masalah masa remaja sering jadi masalah yang sulit diatasi, karena :
a. sepanjang masa anak-anak, masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orang tua, guru dll sehingga mereka tidak berpengalaman
b. remaja merasa dirinya mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri (menolak bantuan orang tua, walau sebenarnya butuh).
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Bagi remaja penyesuaian diri dengan standar kelompok sangat penting, tapi lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri, tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, dll. Secara keseluruhan apakah ia akan berhasil atau akan gagal. Dalam usaha mencari identitas diri ini, remaja melakukan proses imitasi (meniru) dan identifikasi (dorongan untuk menjadi sama dengan idolanya).
6. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dengan kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya dan sekitarnya sebagaimana yang ia inginkan, bukan sebagaimana adanya, terutama dalam cita-cita, sehingga ia menjadi terlalu idealis dan berlebihan. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia mudah kecewa. Remaja akan sakit hati dan kecewa bila orang lain mengecewakannya atau bila ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
7. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Menjelang akhir masa remaja, biasanya mereka mulai berusaha meninggalkan stereotip belasan tahun, dan memberikan kesan bahwa mereka sudah dewasa. Berpakaian seperti orang dewasa, merokok, berperilaku seperti orang dewasa dan seterusnya, mereka menganggap perilaku ini memberikan citra bahwa mereka telah dewasa.
2.4. Keadaan Emosi Masa Remaja
Di masa remaja, terjadi ketegangan emosi yang meninggi sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar, serta perubahan perlakuan sosial terhadap dirinya. Reaksi emosi yang seringkali muncul adalah amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, kesal, rasa tertekan, mudah tersinggung dan kasih sayang. Perlakuan sebagai “anak kecil” atau secara “tidak adil” akan membuat remaja sangat marah dibandingkan stimulus yang lain. Remaja mengungkapkan amarahnya dengan menggerutu, tidak mau bicara atau dengan suara keras mengkritik orang yang membuat marah. Remaja mudah iri hati pada orang yang mempunyai benda lebih banyak.
Kematangan emosi dicapai pada masa akhir remaja (18-21 th) ditunjukkan dengan kemampuan mengendalikan emosi. Untuk mencapai kematangan emosi dia harus menggunakan katarsis emosi (misal latihan fisik yang berat, bermain, bekerja, menangis) serta membicarakan masalahnya kepada orang yang ia percaya dan mau menerimanya.
2.5. Perubahan Perilaku Sosial Masa Remaja
Dalam perilaku sosialnya, remaja cenderung melakukan 2 gerak, yaitu :
1. Memisahkan diri dari orang tuanya dengan maksud untuk menemukan dirinya. (proses mencari identitas ego –Erickson).
2. Makin akrab dengan teman-teman sebaya. Remaja memperoleh banyak informasi dan nilai melalui sekolah dan kontak dengan teman-teman sebaya dari keluarga dan lingkungan yang berlainan, dimana mereka menemukan nilai-nilai yang menarik dan ingin memilikinya. Pengaruh teman sebaya ini sangat kuat. Akibatnya, mereka akan mengikatkan diri dengan aturan-aturan kelompok agar dapat diterima. Dalam kelompok ini remaja merasa menemukan dukungan, kebebasan dari aturan yang dibuat orang dewasa, penerimaan dan saling ketergantungan. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, remaja akan mulai mengurangi ketergantungannya dengan kelompoknya dan akan mencari identitas pribadi, serta lebih senang menjalin persahabatan pribadi yang erat dengan sedikit orang.
Perubahan perilaku sosial yang juga menonjol di masa remaja adalah mulai tertariknya remaja untuk menjalin hubungan heteroseksual. Saat remaja mereka lebih tertarik untuk menjalin hubungan persahabatan dengan lawan jenisnya. Ini mencapai puncaknya selama masa sekolah menengah atas.
Remaja sebagai kelompok mempunyai kecenderungan memilih-milih teman baik., berdasarkan minat dan nilai yang sama, dapat mengerti dan membuatnya merasa aman dan kepadanya dapat dipercayakan masalahnya dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua atau guru. Bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi selama masa remaja akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sikap dan prilaku teman dekatnya.
Pengelompokan sosial remaja:
1. Teman dekat, remaja memiliki dua atau tiga sahabat karib, mereka sesama seks, mempunyai minat dan kemamuan sama dan saling mempengaruhi satu sama lain, walau kadang bertengkar.
2. Kelompok kecil, terdiri dari kelompok teman dekat, awalnya terdiri dari seks yang sama tapi kemudian meliputi kedua jenis seks.
3. Kelompok besar (klik), terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat akan kegiatan bersama (pesta, berkemah, dll).
4. Kelompok yang terorganisasi, dibina oleh orang dewasa dan dibentuk oleh sekolah atau organisasi masyarakat untuk remaja yang tidak mempunyai klik. Banyak remaja yang mengikuti kelompok ini akan merasa diatur dan berkurang minatnya ketika berusia 16 atau 17 tahun.
5. Kelompok Geng, remaja yang tidak masuk klik dan merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng. Biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utamanya untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial. Pengaruh geng cenderung meningkat selama masa remaja.
6. Pengelompokan sosial remaja laki-laki biasanya lebih besar dan tidak terlampau akrab dibanding dengan remaja perempuan yang lebih kecil dan terumus rapi.
Dalam memilih pemimpin atau panutan, remaja memiliki beberapa kriteria antara lain:
1. Bersemangat/bergairah melakukan sesuatu
2. Berpenampilan rapi dan menarik
3. Cerdas, prestasi akademik baik dan tingkat kematangan emosional di atas rata-rata.
4. Umumnya pemimpin para remaja berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi relatif tinggi
5. Aktif berpartisipasi dalam kehidupan sosial
6. Bertanggung jawab, ekstrovert, kreatif, penyesuaian diri baik, dll.
2.6. Minat Remaja
! Minat Rekreasi Remaja
Selama masa remaja, remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang banyak menuntut pengorbanan tenaga. Karena banyaknya tekanan dari tugas sekolah, tugas rumah, kegiatan ekskul dll, sebagian besar remaja tidak punya banyak waktu lagi untuk rekreasi. Karenanya mereka memilih jenis-jenis kegiatan yang paling mereka kuasai atau paling disukai. Minat rekreasi yang menonjol antara lain :
1. Permainan dan olah raga, permainan dan olah raga yang terorganisasi tidak menarik, remaja lebih menyukai olah raga tontonan, permainan yang menuntut ketrampilan dan intelektual seperti main kartu dll.
2. Bersantai dan ngobrol dengan teman sebaya, sambil ngemil dan bercanda sangat disukai remaja.
3. Bepergian, terutama selama liburan. Mereka ingin pergi jauh dari rumah.
4. Hobi, kebanyakan remaja yang tidak populer lebih menekuni hobinya, ketimbang bentuk rekreasi lain, misal menjahit, memperbaiki radio, sepeda motor dll.
5. Membaca, majalah lebih disukai daripada buku. Pada awal masa remaja komik sangat populer, namun lama-lama komik tidak lagi menarik, digantikan oleh koran.
6. Menonton film merupakan kegiatan klik yang digemari. Remaja perempuan lebih menyukai film yang romantis, sedang remaja laki-laki lebih menyukai film petualangan.
7. Radio dan kaset, terutama musik-musik populer, remaja mendengarkannya sambil belajar atau ketika seorang diri.
8. Televisi, namun semakin bertambah usia, remaja tidak lagi menyukai televisi.
9. Melamun, lamunan remaja yang khas adalah membayangkan diri sebagai pahlawan di antara teman sebaya. Kegiatan ini dilakukan apabila remaja merasa bosan atau kesepian.
Minat Sosial
Minat sosial remaja yang cukup dominan antara lain :
Menolong orang lain yang merasa tidak dimengerti, diperlakukan kurang baik, merasa tertekan dll. Namun minat ini menurun karena remaja menyadari tidak ada yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya dan usaha mereka seringkali tidak dihargai.
Peristiwa dunia, diperoleh melalui pelajaran sekolah dan media massa. Minat ini diungkapkan melalui bacaan, pembicaraan dengan teman, guru dan orang tua.
Kritik dan pembaharuan. Kritik remaja biasanya bersifat merusak, bukan membangun, usul untuk memperbaiki biasanya tidak praktis (cenderung terlalu idealis). Hampir semua remaja, terutama remaja perempuan sangat kritis dan berusaha memperbaiki orang tua, teman sekolah dan masyarakat.
Cur-hat, setiap remaja memperoleh rasa aman bila berada di antara temannya dan membicarakan hal-hal yang menarik atau mengganggunya.
Minuman keras dan obat terlarang, beberapa remaja menggunakannya karena “terpaksa” agar diterima oleh kelompoknya. Ini cenderung dilakukan remaja laki-laki.
Pesta. Remaja perempuan lebih menyukai pesta dibanding remaja laki-laki.
Minat Pribadi
Minat pada diri sendiri, antara lain :
1. Penampilan diri, meliputi pakaian, perhiasan, kerapian, daya tarik, bentuk tubuh. Remaja beranggapan dukungan sosial, popularitas, pemilihan teman hidup dan karier dipengaruhi oleh daya tarik seseorang.
2. Pakaian, pakaian yang dikenakannya dipengaruhi oleh kelompok, sebagian besar remaja berusaha menyesuaikan diri dengan yang dikehendaki kelompoknya.
3. Prestasi (dalam akademis, olah raga, dll). Minat untuk berprestasipun dipengaruhi oleh sikap dan minat kelompoknya.
4. Kemandirian. Minat ini sering menimbulkan perselisihan dengan orang tua.
5. Uang, kebanyakan remaja beranggapan uang adalah kunci kebebasan. Jika uang masih berasal dari orang tua, maka mereka punya alasan untuk mengendalikan perilaku remaja.
Minat Pendidikan
Umumnya remaja suka mengeluh tentang sekolah dan peraturannya, tentang PR, kursus wajib, les tambahan, makanan di kantin, cara pengelolaan sekolah, dll. Mereka bersikap kritis terhadap guru dan cara guru mengajar.
Besarnya minat remaja pada pendidikan dipengaruhi oleh minatnya pada pekerjaan serta pengaruh lingkungan. Ada 3 klasifikasi remaja yang tidak berminat pada pendidikan dan biasanya membenci sekolah, yaitu :
1. Remaja yang orang tuanya memiliki cita-cita tinggi yang tidak realistik terhadap prestasi akademik atau prestasi sosial anaknya dan terus menerus mendesak untuk mencapai hal itu.
2. Remaja yang kurang diterima oleh teman sekelas, tidak mengalami kegembiraan seperti teman-temannya dalam pelbagai kegiatan ekskul.
3. Remaja yang matang lebih awal, fisiknya jauh lebih besar dan penampilannya lebih tua dari teman-temannya.
4. Para remaja dalam kelompok ini menunjukkan ketidaksenangan terhadap pendidikan dengan cara : menjadi orang yang berprestasi rendah, bekerja di bawah kemampuannya dalam setiap mata pelajaran atau pelajaran yang tidak disukai; membolos, berhenti sekolah setelah duduk di kelas terakhir, dll.
! Minat pada Pekerjaan
Remaja yang bersekolah di sekolah menengah atas mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh, terutama remaja laki-laki.
Remaja menginginkan pekerjaan yang menarik, bergengsi dan menggairahkan tanpa memperhatikan kemampuan dan kesempatan yang ada.
Minat pada Agama
Kecenderungan yang terjadi saat ini, minat remaja terhadap agama cukup besar, karena mereka menyadari agama berperan penting dalam kehidupan. Namun ada sebagian remaja yang menganggap agama sebagai sumber dari rangsangan emosional dan intelektual, sehingga ingin mempelajarinya berdasarkan pengertian intelektual. Mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.
Minat pada Simbol Status
Selama massa remaja simbol status berfungsi untuk :
menunjukkan ia memiliki status sosial ekonomi lebih tinggi dibanding yang lain dalam kelompok
menunjukkan ia mampu mencapai prestasi yang tinggi
menunjukka bahwa ia diterima dalam kelompok karena penampilan atau perbuatannya
menunjukkan bahwa ia mempunyai status hampir dewasa dalam masyarakat.
! Minat dan Perilaku Seks
Di masa remaja terjadi perubahan perilaku dan sikap seksual yang menonjol. Jika pada masa anak-anak mereka lebih suka bermain dan bergaul dengan teman sejenis, maka pada masa remaja ketertarikan terhadap lawan jenisnya sangat besar. Kegiatan yang melibatkan laki-laki dan perempuan sangat sering mereka lakukan. Terjadi pula perubahan perilaku seksual remaja saat ini dibanding remaja masa sebelumnya. Apa yang sebelumnya dianggap tabu oleh remaja zaman dulu, kini mulai dianggap wajar bahkan seharusnya oleh remaja saat ini. Hal ini seringkali mereka lakukan untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka terhadap lawan jenis atau karena ingin diterima oleh kelompoknya.
Pendidikan seksual yang benar di masa ini menjadi sangat penting agar mereka memperoleh penerangan dan pemahaman yang benar tentang seks dan peran pria dan wanita dalam keluarga dan masyarakat.
2.7. Klasifikasi Tipe Remaja
Klasifikasi remaja berdasarkan akhlaqnya :
Remaja berakhlaq Islami, mereka rajin beribadah, hanif dan relatif cepat menerima dakwah
Remaja berakhlaq asasi, mereka tidak taat beragama, tapi tidak mau terang-terangan dalam berbuat maksiat karena masih menghormati harga dirinya.
Remaja berakhlaq jahiliyah, mereka tidak perduli terhadap harga dirinya dan agamanya, cenderung seenaknya.
Orang tipe pertama dinomorsatukan dalam pendekatan dakwah, karena mereka relatif mudah menerima dakwah, kemudian baru tipe nomor 2, untuk tipe nomor 3 relatif susah sehingga butuh waktu dan kesabaran untuk mendekatinya. Namun, logika ini bisa saja jadi terbalik dengan izin Allah.
Klasifikasi remaja berdasarkan aktivitas :
Aktivis lembaga agama (ROHIS, IRM, dll)
Aktivis lembaga umum (OSIS, PRAMUKA, PMR, dll)
Siswa non aktivis (tidak terlibat dalam kegiatan apapun, baik di dalam maupun di luar
sekolah)
Remaja aktivis lembaga agama mesti diprioritaskan, karena selain ketertarikan mereka terhadap Islam cukup besar, semangat mereka untuk berdakwah juga sudah mulai muncul.
Klasifikasi remaja berdasarkan penerimaan sosial terhadap dirinya :
a) Remaja yang diterima lingkungan sosialnya, misal remaja berprestasi, karena status sosial ekonomi, aktivis lembaga di sekolah
b) Remaja yang ditolak lingkungan sosialnya, karena perilaku anti sosial, rendah prestasinya, dll.
Remaja tipe pertama cenderung ekstrovert dan bersikap terbuka terhadap stimulus dari luar dirinya, sehingga lebih mudah didekati, sementara tipe kedua cenderung membangun jarak sosial sehingga susah didekati.
2.8. Beberapa Catatan
Kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri remaja
1. Usia kematangan. Remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan seperti orang dewasa mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga mampu menyesuaikan diri dengan baik, sementara remaja yang matang terlambat, diperlakukan seperti anak-anak, merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik cenderung kurang dapat menyesuaikan diri.
2. Penampilan diri yang berbeda dengan kelompok sebaya membuat remaja rendah diri meski perbedaan itu menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik merupakan hal yang memalukan dan menimbulkan rasa rendah diri, sebaliknya daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang meyenangkan dan menambah dukungan sosial.
3. Remaja peka dan merasa malu bila teman sekelompoknya menilai namanya buruk atau bila mereka memberi julukan yang bernada cemoohan.
4. Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seseorang dan akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
5. Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dengan 2 cara :
Konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya Ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri kepribadian yang diakui oleh kelompoknya.
6. Remaja yang semasa anak-anak didorong agar kreatif akan berpengaruh positif pada konsep dirinya, sebaliknya jika tidak ia akan kurang memiliki perasaan identitas dan individualitas.
7. Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik dan ia gagal, ini akan menimbulkan perasan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik dengan kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan dalam hidup, sehingga menimbulkan rasa percaya diri dan kepuasan diri yang besar.
Ketika remaja mengalami kegagalan dalam penyesuaian diri (secara fisik, moral dan sosial), secara umum gejala ini dapat diketahui dari :
1. Remaja tidak bertanggung jawab, dilihat dari perilakunya (misal mengabaikan pelajaran, hura-hura, dll)
2. Agresif dan sangat yakin pada diri sendiri
3. Perasaan tidak aman, menyebabkan remaja patuh pada aturan-aturan kelompok
4. Ingin menjauhkan diri dari lingkungan yang dikenal
5. Mudah menyerah (putus asa)
6. Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari
7. Mundur ke tingkat perilaku yang sebelumnya agar disenangi dan diperhatikan
8. Menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, berkhayal dan memindahkan.
2.9. Tinjauan Psikologis dalam Metode Tarbiyah
Dengan karakterisitik dan tinjauan psikologis objek tarbiyah dakwah sekolah tersebut, beberapa metode tarbiyah yang dapat digunakan antara lain :
Metode dakwah fardhiyyah sangat sentral untuk membangun hubungan dan kedekatan dengan objek tarbiyah dakwah sekolah. Karena kondisi fisik, mental dan sosialnya yang masih labil, mereka sangat membutuhkan teman untuk sharing, teman yang mau mengerti dan menerimanya. Mereka akan menjauh ketika merasa didikte, diatur dan didominasi, namun juga akan kecewa ketika dijauhi, tidak diacuhkan dan dinomorduakan
Remaja sangat dipengaruhi oleh teman dan kliknya, sehingga jalinlah hubungan baik dengan orang kunci dalam kelompok mereka, nantinya ia akan mengajak teman-temannya untuk ikut serta.
Remaja dalam masa pencarian identitas sangat memerlukan sosok idola, mereka akan melakukan imitasi dan identifikasi terhadap sosok itu. Karenanya jika mungkin jadilah panutan bagi mereka, jika tidak berikan mereka arahan untuk mencari idola yang tepat.
Buatlah kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan minat remaja, di bidang rekreasi, sosial, agama.
Remaja cenderung meletakkan harapannya setinggi langit, dia akan kecewa ketika apa yang diharapkannya tidak ia dapatkan, bantu mereka untuk melewati masa ini, buatlah mereka lebih realistis memandang hidup. Usahakan jangan membuat mereka kecewa, sekali remaja kecewa, susah untuk diperbaiki.
Tujuan umum tarbiyah adalah membuat seorang berkembang dan tumbuh menjadi lebih baik sesuai dengan potensi dan kepribadiannya dalam bingkai Islam, jangan pernah berangan-angan menjadikan mereka “Super hero” apalagi mengharapkan mereka jadi identik dengan kita.
Secara garis besar, ada dua pola pendekatan kepada remaja, yaitu :
a) Pendekatan potensi, yaitu pendekatan remaja dengan mengedepankan penggalian dan pengembangan potensi remaja agar potensi mereka dapat digali, ditemukan dan dikembangkan. Misal : klub-klub olahraga, kelompok ilmiah remaja, berbagai ekstra kurikuler di sekolah, dsb.
b) Pendekatan problem, yaitu pendekatan kepada remaja dengan mengedepankan penyelesaian problem remaja. Misal : lembaga konsultasi problem remaja, dll.
Pembinaan dengan pendekatan potensi saja memiliki keunggulan dari sisi produk yang mempunyai keunggulan dalam bidang tertentu sesuai potensi yang dikembangkan (remaja berpotensi). Kelemahannya ketika permasalahan-permasalahan yang dimiliki remaja tidak terungkap dan terselesaikan sehingga dapat menjadi bom waktu yang menghambat perkembangan potensinya lebih lanjut.
Pembinaan dengan pendekatan problem saja memiliki keunggulan di sisi jangkauan obyek yang lebih luas (mampu menjangkau remaja bermasalah) dan kemampuan men-therapi permasalahan-permasalahan remaja. Kelemahannya ketika remaja yang dibina dianggap telah terselesaikan masalahnya, tidak dibina lagi, sehingga potensi-potensinya tidak berkembang, remaja tersebut berhenti pada status “anak baik”, tidak sampai “anak berprestasi”.
Tarbiyah untuk remaja/pelajar harus menggabungkan dua pola pendekatan tersebut secara proporsional sesuai kondisi obyeknya.